Skip to main content

Doa Memohon Ampunan Dari Segala Dosa



Doa Memohon Ampunan Dari Segala Dosa

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ

وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي ؛

أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Ya Allâh, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, sikapku yang berlebihan dalam urusanku,

 juga apa-apa yang Engkau lebih tahu dariku.

Ya Allâh, ampunilah aku, baik kesalahanku dalam hal yang serius maupun gurauanku; kesilapanku

 juga kesalahanku yang aku sengaja; itu semua memang ada pada diriku.

Ya Allâh, ampunilah aku atas apa-apa yang telah aku lakukan, dan apa-apa yang terjadi belakangan nanti, apa-apa yang aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan,

dan apa-apa yang Engkau lebih tahu dariku.

Engkaulah Yang mengedepankan (derajat dan keistimewaan hamba dengan taufik-Mu);

dan Engkau lah Yang mengakhirkan (derajat mereka).

Dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

- Doa di atas adalah dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dengan doa tersebut. Doa tersebut adalah doa agung yang maknanya mencakup permohonan ampun dari semua dosa; di mana redaksi doa tersebut datang dengan lafaz yang rinci dan detail. Apalagi maqam (status) doa ini adalah maqam permohonan ampun, tadharru’, doa, merasa betapa butuhnya hamba kepada-Nya; sehingga sangat sesuai bila disebutkan dengan detail dan rinci. Dan ini memberi kesan bahwa permintaan ampun tersebut mencakup semua dosa, dan agar hamba menghadirkan semua dosa yang telah ia perbuat, yang ia ketahui maupun tidak; baik kesalahannya yang lama ataupun baru, yang terang-terangan ataupun yang tersembunyi, yang disengaja ataupun tidak. Dan ini akan membuat hamba lebih khusyu’ dan lebih ber-tadharru’ (tunduk dengan penuh merendahkan diri) dalam memohon ampunan-Nya.

- Permintaan ampun yang datang dari Nabi tersebut; mengajarkan kepada umatnya bagaimana mereka meminta ampun kepada Allâh, bagaimana mereka bertadharru’ kepada-Nya. Sekaligus menunjukkan betapa tunduk dan tawadhu’nya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

- Semua hamba tidak luput dari kesilapan; sehingga ia harus selalu ber-tadharru’ dan menghinakan diri di hadapan Rabbnya.

- Sudah seharusnya hamba bertaubat dari semua dosa tanpa terkecuali; baik yang ia ketahui maupun tidak.

- Perihal seseorang mendapat taufiq ataupun tidak, itu ada di tangan Allâh. Dialah yang menjadikan seseorang meraih kedudukan dan rahmat-Nya dengan taufik-Nya; Dia pula yang mengakhirkan kedudukan seseorang sehingga Allâh menghinakannya. Maka mintalah senantiasa taufik dari-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

Doa Wudhu

Doa Wudhu KITAB THAHARAH (PERIHAL BERSUCI) Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi A. Thaharah dengan Air, yaitu Wudhu dan Mandi 1. Wudhu a. Tata caranya: Dari Humran bekas budak ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu : أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوْءٍ فَتَوَضَّأَ: فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هذَا ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. “‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu minta diambilk

Doa Adzan

Doa Adzan Ada lima amalan yang semestinya diamalkan ketika mendengar azan. Apa saja itu? Lima amalan tersebut telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut: (1) mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin . (2) bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Allahumma sholli ‘ala Muhammad atau membaca shalawat ibrahimiyyah seperti yang dibaca saat tasyahud. (3) minta pada Allah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wasilah dan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah: Allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah … (4) membaca: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash. (5) memanjatkan doa sesuai yang diinginkan. (Lihat Jalaa-ul A

Doa Anak Sakit

Doa Anak Sakit Anak bagaikan permata yang begitu berharga bagi orangtua. Tak ternilai harganya dan senantiasa melekat dalam sanubari ayah ibunya. Hal ini dirasakan oleh setiap orangtua, bahkan oleh seseorang yang paling mulia, Rasulullah n. Demikian pula orang yang paling mulia setelah beliau, Abu Bakr Ash-Shiddiq z. ‘Aisyah x menceritakan: قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ z يَوْمًا: وَاللهِ، مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عُمَرَ، فَلَمَّا خَرَجَ رَجَعَ فَقَالَ: كَيْفَ حَلَفْتُ أَيْ بُنَيَّةُ؟ فَقُلْتُ لَهُ، فَقَالَ: أَعَزُّ عَلَيَّ، وَالْوَلَدُ أَلْوَطُ “Suatu hari, Abu Bakr Ash-Shiddiq z mengatakan, ‘Demi Allah, tak ada seorang pun di atas bumi ini yang lebih kucintai daripada ‘Umar (Umar bin Khaththab z, red.)!’ Ketika Abu Bakr kembali, dia pun bertanya, ‘Bagaimana sumpahku tadi, wahai putriku?’ Aku pun mengatakan kembali apa yang diucapkannya. Kemudian Abu Bakr berkata, ‘Dia memang sangat berarti bagiku, namun anak lebih melekat di dalam hati’.” (HR. Al-B