Skip to main content

Doa Agar Tegar Dan Menerangi Manusia Dengan Kebaikan



Doa Agar Tegar Dan Menerangi Manusia Dengan Kebaikan

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي وَاجْعَلْنِي هَادِيًا مَهْدِيًّا

Ya Allâh, teguhkanlah aku! Dan jadikanlah aku sebagai pemberi petunjuk dan sekaligus mendapat petunjuk.

Asal doa ini adalah bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Jarir Bin Abdillah al-Bajali Radhiyallahu anhu : “Wahai Jarir! Buat aku nyaman dari Dzul Khalashah (dengan melenyapkannya)”. Yaitu sebuah bangunan (terdapat berhala di sana) milik Khats’am yang biasa disebut dengan Ka’bah Yamaniyah. Maka Jarir pun segera bertolak bersama 150 ksatria berkuda. Dan Jarir saat itu mengeluhkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dirinya yang tidak bisa duduk mantap di atas pelana kudanya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk dada Jarir, dan mendoakannya: “Ya Allâh, teguhkanlah ia, dan jadikan ia pemberi petunjuk sekaligus mendapat petunjuk.”

Dalam doa ini terkandung permohonan agar diberi ketegaran dan kekokohan dalam segala hal; baik tegar secara fisik maupun mental; baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Permohonan agar diberi kekokohan tersebut sifatnya umum dan menyeluruh, seperti yang ditunjukkan dalam ungkapan tersebut yang tidak menyebutkan obyeknya (maf’ul bih). Artinya tegar dalam segala hal. Tegarnya hati sekaligus fisik dalam menghadapi musuh, tegar menghadapi fitnah, syahwat, syubhat, tegar saat menjemput kematian agar tidak disesatkan syetan, tegar di alam Barzakh, juga tegar di hari akhir di atas Shirat. Ini adalah termasuk jawâmi’ul kalim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; ungkapan dengan lafazh singkat, namun sarat arti dan dalam cakupannya.

Doa ini juga memuat permohonan agar Allâh Azza wa Jalla memberikan kepadanya petunjuk (petunjuk taufiq), sekaligus agar ia memberi petunjuk kepada orang lain; yaitu dengan menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Ini adalah nikmat Allâh Azza wa Jalla yang begitu luhur bagi hamba; yaitu agar Allâh Azza wa Jalla mengokohkannya di atas agama ini dan memberinya petunjuk-Nya, kemudian agar Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan kepadanya taufik untuk berdakwah menyeru manusia pada yang makruf dan mencegah yang mungkar.

Lihat Syarh ad-Du’â’ Min al-Kitab wa as-Sunnah doa no 131.


Comments

Popular posts from this blog

Doa Wudhu

Doa Wudhu KITAB THAHARAH (PERIHAL BERSUCI) Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi A. Thaharah dengan Air, yaitu Wudhu dan Mandi 1. Wudhu a. Tata caranya: Dari Humran bekas budak ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu : أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوْءٍ فَتَوَضَّأَ: فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هذَا ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِ هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. “‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu minta diambilk

Doa Adzan

Doa Adzan Ada lima amalan yang semestinya diamalkan ketika mendengar azan. Apa saja itu? Lima amalan tersebut telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut: (1) mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin . (2) bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Allahumma sholli ‘ala Muhammad atau membaca shalawat ibrahimiyyah seperti yang dibaca saat tasyahud. (3) minta pada Allah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wasilah dan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah: Allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah … (4) membaca: Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh, radhitu billahi robbaa wa bi muhammadin rosulaa wa bil islami diinaa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Abi Waqqash. (5) memanjatkan doa sesuai yang diinginkan. (Lihat Jalaa-ul A

Doa Anak Sakit

Doa Anak Sakit Anak bagaikan permata yang begitu berharga bagi orangtua. Tak ternilai harganya dan senantiasa melekat dalam sanubari ayah ibunya. Hal ini dirasakan oleh setiap orangtua, bahkan oleh seseorang yang paling mulia, Rasulullah n. Demikian pula orang yang paling mulia setelah beliau, Abu Bakr Ash-Shiddiq z. ‘Aisyah x menceritakan: قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ z يَوْمًا: وَاللهِ، مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عُمَرَ، فَلَمَّا خَرَجَ رَجَعَ فَقَالَ: كَيْفَ حَلَفْتُ أَيْ بُنَيَّةُ؟ فَقُلْتُ لَهُ، فَقَالَ: أَعَزُّ عَلَيَّ، وَالْوَلَدُ أَلْوَطُ “Suatu hari, Abu Bakr Ash-Shiddiq z mengatakan, ‘Demi Allah, tak ada seorang pun di atas bumi ini yang lebih kucintai daripada ‘Umar (Umar bin Khaththab z, red.)!’ Ketika Abu Bakr kembali, dia pun bertanya, ‘Bagaimana sumpahku tadi, wahai putriku?’ Aku pun mengatakan kembali apa yang diucapkannya. Kemudian Abu Bakr berkata, ‘Dia memang sangat berarti bagiku, namun anak lebih melekat di dalam hati’.” (HR. Al-B